seorang raja terkenal suatu saat merasa murung memikirkan kesulitan - kesulitan kerajaannya. raja ini kemudian meminta kepada ketiga orang putrinya untuk menghibur dan menentramkan hatinya.
setelah mereka bercakap - cakap sebentar, maka raja pun bertanya sampai mana putri - putrinya mengasihi raja.
dua dari putrinya itu lalu menjawab, "lebih dari pada emas dan perak yang ada di dunia ini." rajapun amat senang dan terhibur oleh jawaban kedua putrinya itu.
kemudian, ia bertanya pula kepada putri bungsunya yang sedari tadi belum menjawab, "aku mengasihi ayah bagaikan garam!"
raja menjadi marah mendengar jawaban itu dan tidak habis mengerti. raja menganggap putri bungsunya itu telah melecehkannya. akan tetapi, koki raja yang juga mendengarkan jawaban putri bungsu itu mengetahui bahwa jawaban si bungsu itu mempunyai arti paling mendalam.
keesokan harinya, ketika menghidangkan makanan pagi, sang koki tidak membubuhkan garam sama sekali pada masakan yang dihidangkannya. ketika makan bersama, raja dan ketiga putrinya tidak dapat menikmati hidangan itu karena makanan itu semuanya terasa begitu hambar. raja hampir marah dan memanggil koki itu. tetapi, ia tiba - tiba menyadari arti semuanya itu, lalu tertawa terbahak - bahak, bergembira dan berteriak, "aku mengerti sekarang, aku mengerti sekarang!" lalu, raja pun berpaling kepada putri bungsunya dan berkata denan terharu, "aku mengerti sekarang, ternyata kasihmu terhadapku adalah yang paling besar."
**
Garam memang adalah hal yang kecil, tetapi
fungsi dari garam itu sangatlah besar seperti halnya diri kita sebagai garam
dunia. Kita baru memiliki fungsi bila hidup kita sudah mencair dan bersatu
dengan lingkungan di mana kita berada. Bukan berarti hidup kita menjadi sama
dengan dunia tapi kita memberikan diri kita bagi mereka.**
"KAMU ADALAH GARAM DUNIA. JIKA GARAM ITU MENJADI TAWAR, DENGAN APAKAH IA DIASINKAN?....." (Matius 5:13)